Kamis, 02 Juni 2011

SISTEM REGULASI (KOORDINASI)

Semua kegiatan dan kerja alat-alat dalam tubuh kita diatur dalam sistem regulasi
(koordinasi). Regulasi merupakan cara semua organ dan sitem tubuh bekerja sama secara
efisian. Sistem ini terbagi atas tiga bagian, yaitu melalui sistem saraf, hormon dan alat indera.
Pengaturan sistem saraf diatur oleh urat saraf sedangkan pengaturan sistem hormon melalui
darah.
1. Sel Saraf
 Sistem saraf merupakan sistem yang berperan menerima,
meneruskan, mengolah dan menanggapi rangsang. Jaringan
saraf tersusun atas sel-sel yang mempunyai bentuk khusus.
Sel-sel tersebut dinamakan neuron dan neuroglia. Kedua sel
tersebut ibarat pasangan tak terpisahkan yang menyusun
jaringan saraf. Jika ada sel neuron, pasti sel neuroglia akan
menyertai. Adapun sel neuroglia berfungsi memberikan nutrisi
dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk kehidupan
neuron. Dengan kata lain, neuroglia berfungsi untuk menjamin
kehidupan neuron agar tetap dapat melaksanakan kegiatan.
Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki
kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan eksistabilitas (dapat dirangsang, serta
memiliki kemampuan merespon rangsangan dengan sangat baik. Neuron terdiri dari tiga bagian
yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu sebagai berikut (sambil diperhatikan gambar di atas):
a. Badan Sel (Perikarion), Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma,
mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel
merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
Http://biologi.blogsome.com
Protein ini digunakan untuk mengganti protein yang habis. Selama metabolisme juga
berfungsi untuk pertumbuhan neuron.
b. Dendrit, Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Umumnya setiap neuron memiliki beberapa
dendrit. Ia (dendrit) berfungsi menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson (Neurit), Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa
informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang spesifik, yaitu
sebagai berikut:
1). Neurofibril, merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-serabut
halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk meneruskan implus.
2). Selubung Mielin, bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann.
Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk
melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang memberikan nutrisi dan bahanbahan
yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.
3). Nodus ranvier, merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi selubung
myelin, yang berfungsi mempercepat jalannya rangsang. Bagian ini tersusun dari sel-sel
pipih. Dengan adanya bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbuku-buku.
Bagaimana hubungan antara sel saraf satu dengan yang lain? Sel-sel saraf tersebut
membentuk jaringan saraf. Antara sel satu dengan yang lain terjalin saraf dan saling
berhubungan. Ujung dendrit berhubungan langsung dengan penerima rangsang (reseptor).
Selain itu, ujung dendrit ada pula yang berhubungan dengan ujung akson dari neuron lain.
Ujung akson pada sel-sel lain ada juga yang berhubungan dengan efektor, yaitu struktur yang
memberikan jawaban terhadap impuls yang diterima reseptor, misalnya otot dan kelenjar.
Pertemuan antara akson dengan dendrit atau efektor disebut sinapsis. Berdasarkan hal ini Anda
dapat membayangkan bahwa jaringan saraf ibarat jaringan komunikasi seperti sudah dijelaskan
Http://biologi.blogsome.com
di depan. Antara sel saraf satu dengan yang lain terjalin hubungan sangat erat dalam
meneruskan impuls.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya,
yaitu:
a. Sel saraf sensorik. Sel saraf sensorik berhubungan erat dengan alat indra, sehingga
disebut juga saraf indra. Sel saraf ini berfungsi menerima rangsangan dari reseptor
(alat indera). Badan sel dari neuron sensorik ini bergerombol membentuk ganglia.
Bagian dendrit berhubungan langsung dengan reseptor dan bagian aksonnya
berhubungan dengan sel saraf yang lain. Akson akan berakhir di interneuron.
b. Sel saraf motorik. Sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu
otot dan kelenjar. Struktur neuron motorik ini, pada bagian ujung dendritnya
dihubungkan dengan ujung akson yang berhubungan langsung dengan bagian Efektor.
c. Sel saraf penghubung (Interneuron). Adalah sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah
sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Struktur interneuron ini, yaitu bagian ujung
dendritnya dihubungkan langsung dengan ujung akson dari sel saraf yang lain. Ada
juga yang menyebut interneuron ini dengan sebutan Neuron Asosiasi.
Mekanisme Jalannya Impuls (Coming soon…)
Http://biologi.blogsome.com

www.yoekoes.co.cc
www.sman9garut.sch.id
www.indowebster.com

Rabu, 01 Juni 2011

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA






Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.

Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

(Bersambung)